- Home >
- Catatan , Indonesiaku , Perspektif >
- Saya (Bukan) Orang Indonesia
Ditulis oleh : Unknown
May 27, 2013
Tapi selamanya Indonesia tetap di hati! ^^ |
"Indonesia bukan tanah airku! Tanah masih ngontrak, air masih beli!". Salah satu kutipan yang saya temukan di salah satu gambar motor penjual sayur yang secara kebetulan saya temukan di Google. Satu yang menarik perhatian, yaitu kata-katanya tersebut. Saya jadi berfikir, jika Indonesia bukan tanah airnya, lalu kenapa orang tersebut masih saja tetap tinggal di Indonesia? Jika dilihat dari segi ekonomi mungkin saja yang membuat tulisan itu merasa jengah dengan perlakuan pemerintah yang 'mungkin' dipandang tidak pro dengan rakyat kecil. Tapi, hey! Apakah hanya rakyat kecil saja yang perlu diperhatikan?
Saya jadi ingat percakapan saya bersama rekan saya beberapa waktu lalu. Pemerintah pro dengan rakyat kecil, iya itu ditunjukkan dengan beberapa agenda kerja mereka. Walaupun kita tidak tahu apakah dana yang ada tersalurkan dengan baik dan benar, MISTERI. Hanya pemerintah sudah menyiapkan itu semua. Oke, masyarakat kecil memang perlu diperhatikan. Tidak seperti masyarakat elit ditingkat atas, pastinya mereka bisa meng-handle kebutuhan mereka dengan baik meskipun kehidupan mereka juga dalam lingkup hedonis itu tak jadi masalah. Mau apa juga mereka tidak terlalu memusingkan karena mereka PUNYA.
Lantas bagaimana dengan masyarakat pada tingkat menengah? Jika yang difokuskan hanya pada rakyat kecil? Oke, rasanya gak perlu dibahas untuk bagian yang ini, jika berlanjut mungkin yang ada hanya perdebatan yang ujungnya harus ada yang jumawa karena menang berargumen dan barisan sakit hati yang kalah dalam berkata-kata.
Balik lagi, kenapa saya buat artikel ini berjudul Saya (Bukan) Orang Indonesia, bukan karena saya tak cinta, bukan karena tak sayang dan bukan juga karena saya tidak suka. Karena bagaimanapun, baik atau buruknya Indonesia akan selalu menjadi negara tanah airku, tempat dimana saya besar di salah satu provinsinya. Mungkin bukan hanya saya tetapi juga seseorang yang bahkan menulis kutipan di atas akan merasakan hal yang sama dengan saya.
Seberapa Indonesiakah kita? Terkadang hal konyol terjadi, iya hal yang konyol...! Saat negara tetangga mencoba meng-klaim beberapa peninggalan kebudayaan asli tanah Indonesia. Kenapa tidak dari dulu Indonesia mendaftarkan situs-situs/kebudayaan kita ke UNESCO? Kenapa harus menunggu momen seperti itu baru kita merasa memiliki dan baru bertindak disaat-saat akhir?
Semua merasa saling memiliki hanya saja tanpa tindakan. Iya, hanya dapat berkoar dan beceloteh tentang budaya yang di'comot' tiba-tiba tanpa melakukan tindakan. Hanya segelintir dari hanya hitungan puluhan atau bahkan ratusan yang meyerukan bahwa budaya itu milik Indonesia!
Ya, mereka berkampanye baik di jalan ataupun di dunia maya! Menyerukan kebudayaan dan kultur Indonesia yang beragam. Hingga akhirnya duniapun mengakui bahwa budaya tersebut adalah murni milik Indonesia.
Di akhir kata, seberapa Indonesiakah kita? Apa saya/kamu/kita benar-benar (bukan) orang Indonesia? :)
Sumber gambar : Google
Navigasi
jadi inget lagu "yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin"
ReplyDeletesepertinya pemerintah PHP pada rakyat kecil. ngasih bantuan aja setengah-setengah.
Wah iya juga ya, baru keinget lagu itu setelah diingetin, tapi utk opini pemerintah PHP gak sepenuhnya bener sih. :D
DeleteAda anggaran yang tersedia utk rakyat hanya saja (mungkin) pelaku yang menyalurkan dana tersebut aja yang maenin dananya, puter sana-puter sini. Ujungnya2 nya yang sampe ke rakyat gak sampe 100%. *miris*
Inilah Indonesia :D
Ya bisa dikatakan bocor di jalan pak :D
DeleteCuma kita gak tau juga benar apa engganya sih, apa benar-benar bocor alus di jalan apa memang anggarannya yang kecil
Sudah saya follback gan,,,,
ReplyDeleteSalam blogger yaww http://foxsshare.blogspot.com/
Thx gan :)
Deletekalaupun ada kebaikan, itupun ada maksud dan tujuannya. gak jauh dari masalah citra dan politik
ReplyDeleteWah denger kata pencitraan kok saya jadi kaya dapet ide nulis :D
Deletemakasi masukannya ya bro :D